KATEGORI

Daftar Link
Postingan Populer
-
Lombok Barat, NU Online KH Ahmad Muwafiq menyampaikan bahwa Islam disebarkan para ulama ke Nusantara dengan memperhatikan bu...
-
PCNU Kudus, Jateng Kudus, NU Online Nahdlatul Ulama (NU) memiliki empat kekuatan yakni berupa akidah Ahlussunnah wal Jamaah (...
-
KUDUS - Kepedulian Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus pada pendidikan dibuktikan dengan adanya keinginan untuk mendirikan pe...
-
Duet Kiai Ulil dan H Asyrofi pimpin NU Kudus Kudus, NU Online Pasangan KH Ulil Albab Arwani dan H Asyrofi Masyito oleh pese...
-
Ketua Umum PBNU Prof dr KH Said Aqil Siradj M,A. hadir pada acara Halaqah Kebangsaan dan Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ...
-
Kudus, NU Online Tanggal 3 Maret kemarin, H Asyrofi Masyito terpilih menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupa...
-
Khutbah I اَÙ„ْØَÙ…ْدُ للهِ، اَÙ„ْØَÙ…ْدُ للهِ الَّذِÙ‰ْ جَعَÙ„َ الْاِسْÙ„َامَ Ø·َرِÙŠْÙ‚ًا سَÙˆِÙŠًّا، ÙˆَÙˆَعَدَ Ù„ِÙ„ْÙ…ُتَÙ…َسِّÙƒِÙŠْÙ†َ بِÙ‡ِ ÙˆَÙŠَ...
-
Pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menggelar Forum Kebangsaan yang dirangkai dengan pelantikan penguru...
-
Dalam rangka memperingati haul ke-10 KH Muhammad Ma'ruf Irsyad, PC Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (LAK...
-
Drs. H. Asyrofi Masyitho Ketua PCNU Kudus (Selasa, 12/01/2021) menekankan agar warga NU menerima dengan baik vaksinasi yang diprogramkan pem...

Popular Posts
-
Lombok Barat, NU Online KH Ahmad Muwafiq menyampaikan bahwa Islam disebarkan para ulama ke Nusantara dengan memperhatikan bu...
-
PCNU Kudus, Jateng Kudus, NU Online Nahdlatul Ulama (NU) memiliki empat kekuatan yakni berupa akidah Ahlussunnah wal Jamaah (...
-
KUDUS - Kepedulian Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus pada pendidikan dibuktikan dengan adanya keinginan untuk mendirikan pe...
-
Duet Kiai Ulil dan H Asyrofi pimpin NU Kudus Kudus, NU Online Pasangan KH Ulil Albab Arwani dan H Asyrofi Masyito oleh pese...
-
Ketua Umum PBNU Prof dr KH Said Aqil Siradj M,A. hadir pada acara Halaqah Kebangsaan dan Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ...
-
Kudus, NU Online Tanggal 3 Maret kemarin, H Asyrofi Masyito terpilih menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupa...
-
Khutbah I اَÙ„ْØَÙ…ْدُ للهِ، اَÙ„ْØَÙ…ْدُ للهِ الَّذِÙ‰ْ جَعَÙ„َ الْاِسْÙ„َامَ Ø·َرِÙŠْÙ‚ًا سَÙˆِÙŠًّا، ÙˆَÙˆَعَدَ Ù„ِÙ„ْÙ…ُتَÙ…َسِّÙƒِÙŠْÙ†َ بِÙ‡ِ ÙˆَÙŠَ...
-
Pengurus cabang Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah menggelar Forum Kebangsaan yang dirangkai dengan pelantikan penguru...
-
Dalam rangka memperingati haul ke-10 KH Muhammad Ma'ruf Irsyad, PC Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (LAK...
-
Drs. H. Asyrofi Masyitho Ketua PCNU Kudus (Selasa, 12/01/2021) menekankan agar warga NU menerima dengan baik vaksinasi yang diprogramkan pem...

Latest Articles
Setelah Tim dari PWNU datang ke Kudus (22/08/2020), juga mendapat dukungan penuh KH. M. Ullil Albab Arwani Rois Syuriyah PCNU Kudus dan Drs. H. Asyrofi Masyitho Ketua Tanfidziyah beserta semua jajaran, kemudian Tim dari PCNU Kudus datang untuk sosialisasi ke MWCNU dan lebih-lebih ke Ranting-ranting NU, bertemu langsung dengan jajaran pengurus dan operator serta petugas Sensus, akhirnya semakin dipahami manfaat dan berkah ke depannya dari Sensus Warga NU ini. Disamping resmi menjadi anggota, warga yang tersensus akan dengan mudah mendapat layanan kapanpun, bahkan bisa melalui online. Pembuatan KARTANU bisa dilaksanakan kapan saja, isi data di KARTANU juga bisa disesuaikan dengan perkembangan terkini ketika ada perubahan identitas warga NU, sampai kemanfaatan asmaul mauta yang setiap Jumuat diumumkan oleh PWNU Jawa Tengah untuk mendapat kiriman doa. Tentu masih banyak kemanfaatan yang lain karena data anggota secara online di SISNU ke depan akan mempermudah layanan kejam'iyyahan maupun layanan fasilitas lainnya.
Sampai berita ini diterbitkan, warga NU Kudus yang sudah tersensus mencapai 76.579 anggota resmi dan terdaftar di SISNU, dan akan terus dilanjutkan. Rinciannya :
1. MWCNU Kec. Kaliwungu 15.219 anggota (19,8%)
2. MWCNU Kec. Undaan 12.531 anggota (16,3%)
3. MWCNU Kec. Jekulo 8.766 anggota (11,4%)
4. MWCNU Kec. Dawe 8.348 anggota (10,9%)
5. MWCNU Kec. Gebog 7.896 anggota (10,3%)
6. MWCNU Kec. Jati 6.618 anggota (8,6%)
7. MWCNU Kec. Kota 6.366 anggota (8,3%)
8. MWCNU Kec. Mejobo 5.971 anggota (7.7%)
9. MWCNU Kec. Bae 4.877 anggota (6,3%)
Terima kasih banyak kepada semua operator, petugas, pengurus PRNU, MWCNU, dan PCNU Kudus yang sudah berjibaku dengan data-data selama ini sampai akhir 2020. Awal tahun 2021 akan dilaksanakan evaluasi untuk melanjutkan strategi dan teknik yang lebih efisien dan efektif. Jazakumullahu khoiron katsiron amin. (ltn/ckh)
"Selain itu, tata kehidupan baru berupa 3 M harus tetap dilaksanakan dengan baik, tetap memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak', imbuhnya. Warga NU adalah warga masyarakat yang terkenal patuh pada aturan pemerintah dan taat pada kiai dan ulamanya. Dengan dimulainya vaksinasi, maka Nahdlatul Ulama turut serta mensukseskan program tersebut, lebih-lebih untuk kepentingan kesehatan dan kemaslahatan masyarakat luas.
H. Asyrofi juga mohon "Khusus, kepada Pemkab Kudus, khususnya gugus tugas Covid-19, kami mohon perhatian agar para kiai, ulama, tokoh-tokoh masyarakat, dan profesional yang melayani publik untuk segera mendapatkan vaksinasi secara cepat, kemudian dilanjutkan untuk masyarakat luas sesuai kesiapan vaksinnya"(org/wsr)
Judul Buku : K.H. Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri
Pengarang : Ahmad Baso, K Ng H Agus Sunyoto, Rijal Mummaziq
Penerbit : Museum Kebangkitan Nasional
ISBN : 978-602-61552-1-4
Tahun Terbit : 2017
Dimensi Buku : 14,8 cm x 21,0 cm , 156 halaman
Buku ini merupakan buku hasil pemikiran Ahmad Baso dari Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, Agus Sunyoto dari Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama, dan Rijal Mummaziq dari STAI Al-Falah Assunniyyah. Buku yang diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional ini menyajikan informasi tentang pemikiran dan perjuangan sang Hadratusyeikh, Kyai Haji Hasyim Asy’ari. Didalam buku ini terdapat 4 bab. Buku ini menceritakan tentang tokoh pemikir dan pejuang, yang dianugrahi gelar Pahlawan Nasional, KH Hasyim Asy’ari. Beliau lahir pada tanggal 4 Robiulawwal 1292 H /10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. KH Hasyim Asy’ari adalah anak ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah. Ayah Kyai Asy’ari merupakan putra dari Kyai Usman pengasuh Podok Pesantren Gedang yang terletak di Selatan Jombang.
Sedari kecil KH Hasyim Asy’ari diasuh dan dididik oleh ayah dan ibunya serta kakeknya. Sejak masa anak-anak, KH Hasyim Asy’ari kecil sudah memiliki kecerdasan yang lebih dibanding anak-anak sebayanya. Kecerdasannya sudah terlihat saat beliau berumur 13 tahun. Beliau membantu ayahnya untuk mengajar para santri-santri yang lebih besar darinya. Saat usianya berumur 15 tahun beliau meninggalkan kedua orangtuanya untuk mencari ilmu di pesantren-pesantren, antara lain Ponpes Wonokoyo di Probolinggo, Ponpes Langitan di Tuban, Ponpes Trenggilis di Semarang, Ponpes Kademangan di Bangkalan, dan Ponpes Siwalan di Sidoarjo.
Di Ponpes Siwalan KH Hasyim Asy’ari yang berusia 21 tahun menikah dengan putri Kyai Ya’kub, Nyai Chadidjah. Lalu, pada tahun 1899 KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantrennya sendiri Ponpes Tebuireng di Jombang. Kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimiliki KH Hasyim Asy’ari, menjadikan pesantrennya didatangi para kyai muda dan santri-santri dari berbagai penjuru negeri untuk mencari ilmu pengetahuan. Sebagai ulama yang alim, KH Hasyim Asy’ari menulis sejumlah kitab dan catatan-catatan.
Dasawarsa awal abad ke-20 ditandai Kebangkitan Nasional yang menyebar kemanamana, sehingga muncul berbagai organisasi. Dimana dikalangan pesantren muncul pula organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916 dan Taswirul Afkar Tahun 1918. Setelah itu didirikan Nahdlatut Tujjar. Tak lama setelah itu KH Hasyim Asy’ari mendirikan sebuah organisasi bernama Nahdlatul Ulama’.
KH Hasyim Asy’ari bukan hanya seorang kyai ataupun ulama, beliau juga seorang pejuang Nasional yang tangguh. Hal ini dibuktikan pada peristiwa Resolusi Jihad, beliau menetapkan hukum Fardlu A’in bagi umat Islam untuk membela tanah airnya yang diserang musuh dalam jarak 94 kilometer.
Pada peritiwa Resolusi Jihad tersebut KH Hasyim Asy’ari sempat ditahan dan disiksa oleh musuh, sehingga tulang jari-jari kanan beliau terluka. Disinilah perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan tanah air nya. KH Hasyim Asy’ari telah berkontribusi besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Kontribusinya yang sangat besar adalah sebagai pendorong agar NKRI tetap terjaga dibawah dasar negara yang mengakui pluralitas.
Di dalam buku ini benar-benar di ceritakan secara rinci perjalanan hidup sang Hadratusyeikh, KH Hasyim Asy’ari. Mulai dari beliau kecil sampai beliau wafat. Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami, kover buku yang mendukung juga membuat para pembaca pasti tertarik untuk membaca buku ini. Buku ini juga dilengkapi dengan gambargambar yang akan memudahkan pembaca untuk memahami isi buku.
Akan tetapi, di dalam buku ini juga terdapat kekurangan, yaitu ejaan kata yang salah dan alur buku yang sedikit membuat bingung para pembaca. Juga gambar yang tidak bewarna atau hitam putih.
Terlepas dari hal-hal tersebut, buku ini masih layak dibaca karena bisa menambah pengetahuan. Khususnya para remaja disarankan untuk membaca buku ini, karena banyak ilmuilmu yang akan didapat dari membaca buku ini.
Penulis Resensi:
Radiva Ayudya Prameswari
MTs NU Banat Kudus
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) PCNU Kudus yang dipimpin Dwi Syaifullah terus meningkatkan kapasitas dengan DIKLATSAR menambah relawan yang dikukuhkan oleh Ketua PCNU Kudus beberapa waktu lalu; mereka semangat tanpa pamrih dalan satu komando mengabdi pada masyarakat, khususnya di musim hujan yang cukup ekstrim, angin yang kencang, pohon-pohon tumbang, air sungai meluap, bahkan ada korban yang hanyut.
Kegiatan tersebut dimulai tanggal 24 Oktober hingga 29 November 2020 di kawasan gunung Muria Kudus.
SEMANGAT DAN TETAP WASPADA MUSIM DAN IKLIM EKSTRIM. KITA DOAKAN PADA RELAWAN LPBINU LANCAR, SEHAT, DAN SELAMAT DALAM BERTUGAS. AMIN.
1.
Judul Resensi
Buku : “ Mengulik Rekam Jejak Sang
Inspirator Syaikhona Kholil Bangkalan”
2.
Data Buku
Judul
Buku : Syaikhona Kholil Bangkalan
Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama
Penulis :
RKH. Fuad Amin Imron
Editor : Nico Ainul Yakin
Pengantar : Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA
Penerbit : “Khalista” Surabaya
Tahun
terbit : 2012
Tebal
Halaman: xxviii + 228 halaman
Dimensi
buku : 14,5 x 21 cm
ISBN : 978-979-1353-35-9
3.
Pembukaan
Resensi
Buku yang berjudul Syaikhona Kholil Bangkalan penentu berdirinya
Nahdhatul Ulama ini terdiri dari 6 bagian, dimana pada masing-masing bagian
memberikan penjelasan yang sangat gamblang dan runtut. Mulai dari sejarah awal
masuknya agama islam di Indonesia, proses berdirinya NU, sampai dengan rekam
jejak perjuangan syaikhona Kholil Bangkalan dalam mendirikan NU bersama
ulama-ulama lainnya. Buku ini merupakan satu dari sekian banyak buku tentang
Ke-NU-an yang mengupas tuntas tentang tokoh yang berperan penting dalam
pencetus dan pendiri organisasi Nahdhatul Ulama (NU). Buku yang ditulis oleh
RKH. Fuad Amin Imron ini berbeda dengan buku sebelumnya yang hanya mengkisahkan
secara singkat peran Syaikhona Kholil Bangkalan
dalam pendirian NU.
Dalam buku ini kita akan disuguhkan dengan kisah syaikhona kholil
bangkalan secara detail dan fokus, mulai dari historis kelahiran, pendidikan,
sampai dengan dakwah dan perjuangan beliau dalam proses pendirian NU. Yang tak
kalah menarik dari buku ini adalah disuguhkan sejumlah cerita dan peristiwa
bersejarah pada masa sebelum maupun sesudah syaikhona Kholil Bangkalan masih
hidup, khususnya daerah Madura. Diuraikan pula tentang kebangkitan ulama
pesantren serta cerita masyarakat yang menghiasi cerita panjang syaikhona
kholil Bangkalan dalam pengabdian besarnya kepada agama islam terutama kepada
organisasi terbesar di negeri ini, yakni Nahdhlatul Ulama.
4.
Isi Resensi
Buku
Buku ini mencoba untuk mengungkapkan secara mendalam keterlibatan
Syaikhona kholil Bangkalan dalam proses pendirian jam’iyah NU. Buku ini
merupakan karya pertama yang ditulis oleh beliau RKH. Fuad Amin Imron yang
merupakan cicit Syaikhona Kholil Bangkalan sekaligus menjabat sebagai bupati
Bangkalan periode 2003-2013. Dalam menulis dan menguraikan penjelasan tiap bab
nya, kiai Fuad seakan ingin mengajak para pembacanya melihat kembali sejarah masa
lalu yang luarbiasa yang pernah kita miliki. Beliau menaruh harapan yang besar
kepada para pemuda sebagai generasi penerus bangsa supaya memiliki semangat
juang yang tinggi dalam memajukan dan melestarikan kebudayaan islam melalui
seorang figur ulama yang sangat patut kita teladani. Diuraikan pula kepribadian
dan daya juangnya yang tinggi untuk agama.
Dalam pembahasannya, buku ini banyak membahas tentang keterlibatan
Syaikhona Kholil Bangkalan dalam proses pendirian organisasi yang mewadahi para
ulama pesantren dan umat islam Indonesia. Secara rinci, buku ini diawali dengan
pembahasan mengenai sejarah masuknya Islam di
Indonesia serta penyebarannya di nusantara melalui para wali, khususnya oleh
para wali songo. Salah satu wilayah yang cukup pesat penyebarannya adalah
daerah Madura. Keteguhan masyarakat Madura memegang teguh tradisi keislaman tidak bisa dilepaskan tentang
legenda soal Madura, aktivitas, serta keberagaman masyarakat Madura.
Yang menarik dari buku ini adalah kita seolah dibawa ke masa lalu
yang menceritakan kebangkitan para ulama pesantren di awal abad ke-19 M, dimana
keadaan saat itu bangsa Indonesia masih berjuang melawan cengkraman bangsa
penjajah. Sebelum adanya kebangkitan para ulama ini, bangsa Indonesia masih
lemah dan belum memiliki semangat juang dan semangat cinta tanah air.
Masyarakat pribumi hanya tunduk pada aturan kolonial Belanda karena belum
memiliki wadah yang dapat menyatukan semangat melawan bangsa penjajah. Beberapa
tokoh ulama yang menjadi garda terdepan dalam membangkitkan semangat perjuangan
tersebut antara lain Kiai Hasyim Asy’ari (Jombang), Kiai Wahab Hasbullah
(Jombang), Kiai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo), Kiai Abdul Karim (Kediri),
Kiai Ma’sum (Lasem), Kiai Cholil Harun (Rembang), dan sebagainya. Beliau
merupakan ulama angkatan pertama dikalangan NU sekaligus menjadi pelopor dalam
pendirian sebuah organisasi (jam’iyah) bernama Nahdlatul Ulama.
Para ulama tersebut diatas semuanya pernah belajar dengan ulama
legendaris dari Madura yaitu Kiai Muhammad Kholil bin Abdul Latif atau yang
terkenal dengan sebutan Syaikhona Kholil Bangkalan. Beliau adalah ulama yang
terkenal karena kedalaman ilmunya agamanya, dapat berpikir jernih, visioner dan
mempunyai pengaruh yang sangat kuat sehingga beliau menjadi kiblat (episentrum)
bagi para ulama dan pengasuh pesantren dalam pengembangan dan penyiaran agama
islam. Beliau bukan hanya seorang ulama yang menguasai teks ilmu agama, namun
juga mampu mengkontekstualisasikan keilmuannya dalam kehidupan nyata. Beliau
juga bukan hanya seorang wali Allah yang mengisolasi kehidupan pribadinya
secara eksklusif, tetapi mampu memberikan motivasi dan solusi atas problematika
yang dihadapi masyarakat.
Di dalam buku ini akan dibahas tuntas mengenai kisah tentang
Syaikhona Kholil Bangkalan mulai dari historis kelahirannya, perjalanan pendidikan, karya-karya hebatnya
sampai dengan rekam jejak perjuangan beliau dengan ulama-ulama lain dalam mendirikan
organisasi NU sebagai wadah organisasi dan sebagai instrumen untuk membentengi
masyarakat dari upaya penyeragaman agama oleh Belanda masa itu, dan upaya
membebaskan masyarakat dari cengkraman bangsa penjajah, serta upaya memproteksi
umat islam dari paham wahabiyah yang digerakkan penguasa Arab saat itu. Ketika
membaca dan memahami buku yang berjudul “Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu
Berdirinya Nahdlatul Ulama” ini, kita akan mendapatkan nilai-nilai keteladanan
yang amat sangat berharga, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa agar
selalu semangat dalam mencari ilmu seperti yang telah dicontohkan beliau
Syaikhona Kholil Bangkalan.
5.
Penutup Resensi
Buku karya RKH. Fuad Amin Imron ini menurut saya sangat layak
dibaca, terutama oleh kaum muda generasi Nahdliyyin, karena didalamnya dikupas
secara tuntas dan rinci perjalanan hidup Syaikhona Kholil Bangkalan sampai
dengan sejarah dan cikal bakal berdirinya NU. Adapun kelebihan dan kekurangan
dari buku yang berjudul “Syaikhona Kholil Bangkalan Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama” ini akan
saya ulas sebagai berikut :
a.
Kelebihan Buku
1)
Dalam buku ini
diuraikan secara runtut, mulai dari masuknya islam ke Nusantara, masa
penjajahan sampai dengan adanya kebangkitan para ulama pesantren, sehingga
pembaca tidak merasa kebingungan ketika memahami ulasan demi ulasan dari buku
ini.
2)
Buku ini
merupakan satu dari banyaknya buku yang membahas tentang Syaikhonan Kholil
Bangkalan.Namun yang membedakan adalah buku ini ditulis dengan versi fokus pada
kisah simbolik Syaikhona Kholil Bangkalan
3)
Di bagian ke-2,
terdapat ulasan mengenai sejarah wilayah Madura yang merupakan asal beliau
Syaikhona Kholil Bangkalan. Kita disuguhkan dengan cerita Bangkalan tempo dulu
dan sekarang, sehingga pembaca akan lebih puas dalam memahami buku ini.
4)
Di dalam salah
satu bab di buku ini, disuguhkan beberapa gambar maupun simbol yang mempermudah
pembaca memahami dan memiliki gambaran tentang isi buku. Gambar dan simbol
tersebut antara lain : bagan silsilah keturunan Syikhona Kholil Bangkalan,
guru-guru syaikhona dan para ulama, serta peninggalan dan karya syaikhona
Kholil Bangkalan juga ada di dalam buku ini.
5)
Di akhir buku
disertakan juga lampiran-lampiran penting yang semakin melengkapi isi buku ini.
b.
Sedangkan
kelemahan dari buku ini menurut saya yaitu :
1)
Gambar yang
disertakan dalam buku ini berwarna hitam putih, sehingga beberapa gambar ada
yang terlihat sedikit buram.
2)
Desain foto
para ulama di bagian cover depan tidak begitu terlihat jelas, sehingga kurang
menarik untuk kalangan tertentu.
Terlepas
dari itu semua, buku ini sangat bermanfaat untuk kita baca supaya kita
khususnya para generasi nahdliyyin mengenal lebih jauh sosok inspiratif yang
luarbiasa sebagai kunci berdirinya organisasi besar bernama Nahdlatul Ulama.
Selamat membaca!
Penulis Resensi :
Asabah Nurul Hikmah, Santri Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus asal Blora.
Categories
Most Reading
-
Lombok Barat, NU Online KH Ahmad Muwafiq menyampaikan bahwa Islam disebarkan para ulama ke Nusantara dengan memperhatikan bu...
-
PCNU Kudus, Jateng Kudus, NU Online Nahdlatul Ulama (NU) memiliki empat kekuatan yakni berupa akidah Ahlussunnah wal Jamaah (...
-
KUDUS - Kepedulian Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kudus pada pendidikan dibuktikan dengan adanya keinginan untuk mendirikan pe...
-
Duet Kiai Ulil dan H Asyrofi pimpin NU Kudus Kudus, NU Online Pasangan KH Ulil Albab Arwani dan H Asyrofi Masyito oleh pese...
-
Ketua Umum PBNU Prof dr KH Said Aqil Siradj M,A. hadir pada acara Halaqah Kebangsaan dan Pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ...
-
Kudus, NU Online Tanggal 3 Maret kemarin, H Asyrofi Masyito terpilih menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupa...
