HEADLINE
latest

Gus Muwafiq Ajak Tebarkan Islam Gaya Ulama yang Damai

Lombok Barat, NU Online
KH Ahmad Muwafiq menyampaikan  bahwa Islam disebarkan para ulama ke Nusantara dengan memperhatikan budaya yang ada. Cara yang dilakukan juga dengan lemah lembut, bukan sok keras. Dan dakwah penuh kelembutan inilah yang justru diterima masyarakat.

Penegasan tersebut disampaikan Gus Muwafiq, sapaan akrabnya saat hadir pada kegiatan Persatuan  Pondok Pesantren Al Halimy (Palahy) yang menggelar Muktamar I, Senin (8/6). Acara juga dalam rangka merayakan hari ulang tahun satu abad pesantren tersebut.

Di awal ceramah, kiai asal Yogyakarta ini mengemukakan sejarah Islam hingga masuk di Nusantara. "Kita ini pangkatnya murid ulama. Karena Islam lahir di Makah, maka sinyal lokal kadang-kadang hilang,” katanya di hadapan jamaah.

Para ulama juga yang melakukan aneka modivikasi dalam banyak aspek yang celakanya diklaim sebagian kalangan sebagai bid’ah. “Tradisi dzikir misalnya, dibid'ahkan karena zaman Nabi Muhammad tidak ada dzikir sambil menggerakkan kepala,” kilahnya.

Padahal apa yang dilakukan ulama Nusantara tersebut sebagai disesuaikan dengan kondisi masyarakat. “karena kalau tidak menggerakkan kepala dan dzikirnya tidak keras, maka jamaah akan tertidur,” urainya disambut tawa hadirin.

Lebih lanjut, kiai yang berpenampilan rambut gondrong tersebut menyampaikan bahwa umat Islam di Indonesia adalah muridnya ulama. “Makanya,  dalam berislam jangan aneh-aneh, jangan juga sok keras karena belum tentu dakwah model tersebut diterima masyarakat,” urainya.

Di ujung ceramahnya, Gus Muwafiq juga mengajak masyarakat hidup rukun di bawah naungan Negara Kesatuan republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi bangsa.  

"Kita bersyukur dan senang sekali Gus Muwafiq bisa hadir di acara ini," kata TGH Munajib Khalid selaku Pengasuh Pesantren NU Al-Halimy Desa Sesele,. Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB ini juga menambah bahwa selama ini warga mendengar dan menyimak di media sosial ceramah Gus Muwafiq yang keilmuannya demikian dalam. 

“Namun kendati demikian, materi agama disampaikan dengan ringan, sehingga mudah dimengerti. Di samping itu juga penguasaan sejarah peradaban Islam di dunia yang luas membuat enak didengar,” ungkapnya. Karena itu dirinya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Gus Muwafiq, lanjutnya.

Sementara Ketua PWNU NTB TGH Masnun Tahir saat sambutan menyampaikan terima kasih kepada Gus Muwafiq yang baru hadir di pondok tersebut. “Dan ini kali kedua Gus Muwafiq hadir di Lombok setelah Konferensi Wilayah NU NTB awal 2019 lalu,” katanya.

Pantauan NU Online, acara dihadiri ribuan alumni dan masyarakat sekitar. Mereka tampak antusias menunggu Gus Muwafiq tiba di lokasi.

Penyampaian yang ringan namun penuh makna disertai dengan humor yang relevan dengan konteks yang disampaikan membuat masyarakat menikmati tanpa lelah dan sesekali ikut bershalawat ketika Gus Muafiq mengajak.  (Syamsul Hadi/Ibnu Nawawi


Lombok Barat, NU Online
KH Ahmad Muwafiq menyampaikan  bahwa Islam disebarkan para ulama ke Nusantara dengan memperhatikan budaya yang ada. Cara yang dilakukan juga dengan lemah lembut, bukan sok keras. Dan dakwah penuh kelembutan inilah yang justru diterima masyarakat.

Penegasan tersebut disampaikan Gus Muwafiq, sapaan akrabnya saat hadir pada kegiatan Persatuan  Pondok Pesantren Al Halimy (Palahy) yang menggelar Muktamar I, Senin (8/6). Acara juga dalam rangka merayakan hari ulang tahun satu abad pesantren tersebut.

Di awal ceramah, kiai asal Yogyakarta ini mengemukakan sejarah Islam hingga masuk di Nusantara. "Kita ini pangkatnya murid ulama. Karena Islam lahir di Makah, maka sinyal lokal kadang-kadang hilang,” katanya di hadapan jamaah.

Para ulama juga yang melakukan aneka modivikasi dalam banyak aspek yang celakanya diklaim sebagian kalangan sebagai bid’ah. “Tradisi dzikir misalnya, dibid'ahkan karena zaman Nabi Muhammad tidak ada dzikir sambil menggerakkan kepala,” kilahnya.

Padahal apa yang dilakukan ulama Nusantara tersebut sebagai disesuaikan dengan kondisi masyarakat. “karena kalau tidak menggerakkan kepala dan dzikirnya tidak keras, maka jamaah akan tertidur,” urainya disambut tawa hadirin.

Lebih lanjut, kiai yang berpenampilan rambut gondrong tersebut menyampaikan bahwa umat Islam di Indonesia adalah muridnya ulama. “Makanya,  dalam berislam jangan aneh-aneh, jangan juga sok keras karena belum tentu dakwah model tersebut diterima masyarakat,” urainya.

Di ujung ceramahnya, Gus Muwafiq juga mengajak masyarakat hidup rukun di bawah naungan Negara Kesatuan republik Indonesia dan Pancasila sebagai ideologi bangsa.  

"Kita bersyukur dan senang sekali Gus Muwafiq bisa hadir di acara ini," kata TGH Munajib Khalid selaku Pengasuh Pesantren NU Al-Halimy Desa Sesele,. Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) NTB ini juga menambah bahwa selama ini warga mendengar dan menyimak di media sosial ceramah Gus Muwafiq yang keilmuannya demikian dalam. 

“Namun kendati demikian, materi agama disampaikan dengan ringan, sehingga mudah dimengerti. Di samping itu juga penguasaan sejarah peradaban Islam di dunia yang luas membuat enak didengar,” ungkapnya. Karena itu dirinya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Gus Muwafiq, lanjutnya.

Sementara Ketua PWNU NTB TGH Masnun Tahir saat sambutan menyampaikan terima kasih kepada Gus Muwafiq yang baru hadir di pondok tersebut. “Dan ini kali kedua Gus Muwafiq hadir di Lombok setelah Konferensi Wilayah NU NTB awal 2019 lalu,” katanya.

Pantauan NU Online, acara dihadiri ribuan alumni dan masyarakat sekitar. Mereka tampak antusias menunggu Gus Muwafiq tiba di lokasi.

Penyampaian yang ringan namun penuh makna disertai dengan humor yang relevan dengan konteks yang disampaikan membuat masyarakat menikmati tanpa lelah dan sesekali ikut bershalawat ketika Gus Muafiq mengajak.  (Syamsul Hadi/Ibnu Nawawi
« PREV
NEXT »

Facebook Comments APPID