HEADLINE
latest

K.H. Hasyim Asy’ari, Sang Ulama Pemikir dan Pejuang

 



Judul Buku : K.H. Hasyim Asy’ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri 

Pengarang : Ahmad Baso, K Ng H Agus Sunyoto, Rijal Mummaziq 

Penerbit          : Museum Kebangkitan Nasional 

ISBN : 978-602-61552-1-4

Tahun Terbit  : 2017 

Dimensi Buku  : 14,8 cm x 21,0 cm , 156 halaman


Buku ini merupakan buku hasil pemikiran Ahmad Baso dari Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, Agus Sunyoto dari Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia Nahdlatul Ulama, dan Rijal Mummaziq dari STAI Al-Falah Assunniyyah. Buku yang diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional ini menyajikan informasi tentang pemikiran dan perjuangan sang Hadratusyeikh, Kyai Haji Hasyim Asy’ari. Didalam buku ini terdapat 4 bab. Buku ini menceritakan tentang tokoh pemikir dan pejuang, yang dianugrahi gelar Pahlawan Nasional, KH Hasyim Asy’ari. Beliau lahir pada tanggal 4 Robiulawwal 1292 H /10 April 1875, di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. KH Hasyim Asy’ari adalah anak ketiga dari 11 bersaudara dari pasangan Kyai Asy’ari dan Nyai Halimah. Ayah Kyai Asy’ari merupakan putra dari Kyai Usman pengasuh Podok Pesantren Gedang yang terletak di Selatan Jombang.

Sedari kecil KH Hasyim Asy’ari diasuh dan dididik oleh ayah dan ibunya serta kakeknya. Sejak masa anak-anak, KH Hasyim Asy’ari kecil sudah memiliki kecerdasan yang lebih dibanding anak-anak sebayanya. Kecerdasannya sudah terlihat saat beliau berumur 13 tahun. Beliau membantu ayahnya untuk mengajar para santri-santri yang lebih besar darinya. Saat usianya berumur 15 tahun beliau meninggalkan kedua orangtuanya untuk mencari ilmu di pesantren-pesantren, antara lain Ponpes Wonokoyo di Probolinggo, Ponpes Langitan di Tuban, Ponpes Trenggilis di Semarang, Ponpes Kademangan di Bangkalan, dan Ponpes Siwalan di Sidoarjo.

Di Ponpes Siwalan KH Hasyim Asy’ari yang berusia 21 tahun menikah dengan putri Kyai Ya’kub, Nyai Chadidjah. Lalu, pada tahun 1899 KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantrennya sendiri Ponpes Tebuireng di Jombang. Kecerdasan dan keluasan ilmu yang dimiliki KH Hasyim Asy’ari, menjadikan pesantrennya didatangi para kyai muda dan santri-santri dari berbagai penjuru negeri untuk mencari ilmu pengetahuan. Sebagai ulama yang alim, KH Hasyim Asy’ari menulis sejumlah kitab dan catatan-catatan.

Dasawarsa awal abad ke-20 ditandai Kebangkitan Nasional yang menyebar kemanamana, sehingga muncul berbagai organisasi. Dimana dikalangan pesantren muncul pula organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916 dan Taswirul Afkar Tahun 1918. Setelah itu didirikan Nahdlatut Tujjar. Tak lama setelah itu KH Hasyim Asy’ari mendirikan sebuah organisasi bernama Nahdlatul Ulama’.

KH Hasyim Asy’ari bukan hanya seorang kyai ataupun ulama, beliau juga seorang pejuang Nasional yang tangguh. Hal ini dibuktikan pada peristiwa Resolusi Jihad, beliau menetapkan hukum Fardlu A’in bagi umat Islam untuk membela tanah airnya yang diserang musuh dalam jarak 94 kilometer.

Pada peritiwa Resolusi Jihad tersebut KH Hasyim Asy’ari sempat ditahan dan disiksa oleh musuh, sehingga tulang jari-jari kanan beliau terluka. Disinilah perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam memperjuangkan tanah air nya. KH Hasyim Asy’ari telah berkontribusi besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Kontribusinya yang sangat besar adalah sebagai pendorong agar NKRI tetap terjaga dibawah dasar negara yang mengakui pluralitas.

Di dalam buku ini benar-benar di ceritakan secara rinci perjalanan hidup sang Hadratusyeikh, KH Hasyim Asy’ari. Mulai dari beliau kecil sampai beliau wafat. Bahasa yang digunakan dalam buku ini mudah dipahami, kover buku yang mendukung juga membuat para pembaca pasti tertarik untuk membaca buku ini. Buku ini juga dilengkapi dengan gambargambar yang akan memudahkan pembaca untuk memahami isi buku.

Akan tetapi, di dalam buku ini juga terdapat kekurangan, yaitu ejaan kata yang salah dan alur buku yang sedikit membuat bingung para pembaca. Juga gambar yang tidak bewarna atau hitam putih.

Terlepas dari hal-hal tersebut, buku ini masih layak dibaca karena bisa menambah pengetahuan. Khususnya para remaja disarankan untuk membaca buku ini, karena banyak ilmuilmu yang akan didapat dari membaca buku ini.

Penulis Resensi: 

Radiva Ayudya Prameswari

MTs NU Banat Kudus


« PREV
NEXT »

Facebook Comments APPID