REFLEKSI DAN SPIRIT (SUMPAH) PEMUDA
Oleh: Ahmad Fatah[1]
Sembilan puluh tahun silam tepatnya hari Ahad Wage tanggal 28 Oktober
1928 pemuda Indonesia mengikrarkan sumpahnya yang di sebut dengan Sumpah
Pemuda. Peringatan sumpah pemuda tahun ini jatuh pada hari Senin Pahing tanggal
28 Oktober 2019. Secara
definitif seseorang dianggap pemuda jika dari sisi usia adalah dalam bentangan
usia 10-24
tahun. Di sisi lain, seseorang bisa saja dianggap muda jika yang bersangkutan
memiliki semangat sebagaimana kaum muda. Bisa jadi usianya tua kira-kira 40
tahunan akan tetapi masih berjiwa muda. Yang jelas, pemuda jangan hanya dimaknai dari sisi
usia, tetapi pemuda identik dengan semangat dan perubahan.
Generasi
muda adalah the leader of tomorrow, hal ini juga senada dengan ungkapan syubbanul yaum,
rijalul ghad. Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah
bangsa dan masyarakat dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki
semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya
semuanya itu akan kembali kepadanya.
Secara historis, perkembangan peran pemuda di
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode pra kemerdekaan,
periode kemerdekaan dan periode pasca kemerdekaan. Pertama, generasi
pemuda pra kemerdekaan diantaranya yaitu generasi 08 dan generasi 28. Peran
pemuda dalam sejarah negara dan bangsa Indonesia pertama kali dapat dilihat
dari kebangkitan bangsa tahun 1908 atau tepatnya ketika berdiri Boedi Oetomo
tanggal 20 Mei 1908. Melalui proses kebangkitan bangsa ini, maka para pemuda
telah menggelorakan semangat agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang tidak
terpecah-belah akan tetapi telah memiliki kesadaran berorganisasi sebagai
persyaratan untuk kebangkitan nasional. Selanjutnya,
persatuan dan kesatuan bangsa sebenarnya ketika terjadi Sumpah Pemuda tanggal
28 Oktober 1928. Hal ini berarti bahwa pemuda telah memiliki peran yang sangat
signifikan dalam proses pembentukan negara kesatuan Republik Indonesia. Melalui
Sumpah Pemuda: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia merupakan titik
awal bagi proses pembentukan negara bangsa yang kemudian dikenal sebagai negara
dan bangsa Indonesia.
Kedua, generasi periode
kemerdekaan sering disebut dengan generasi 45. Generasi
muda kemudian juga berhasil menorehkan tinta emas bagi perjalanan bangsa ini
ketika di tahun 1945 kembali mereka merenda dan mengimplementasikan gagasan
mengenai satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa dalam bentuk kemerdekaan
bangsa, yang teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno pada hari Jumat Legi tanggal
17 Agustus 1945 pukul
10.00 WIB di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Melalui
proklamasi kemerdekaan ini, maka bangsa Indonesia yang selama ini tidak
memiliki kedaulatan yang terfragmentasi dalam kerajaan-kerajaan, maka
menyatu menjadi satu yaitu bangsa Indonesia. Lagu Satu Nusa Satu Bangsa
yang sering dikumandangkan pada waktu upacara merupakan simbol dan substansi
dari menyatunya segenap elemen bangsa Indonesia.
Ketiga, generasi pasca
kemerdekaan diantaranya yaitu generasi 66, generasi 98 dan generasi pemuda
sekarang ini. Pada tahun 1966, para aktivis organisasi
kemahasiswaan, organisasi
kepemudaan dan segenap elemen mahasiswa melakukan tiga
tuntutan rakyat (Tritura). Tritura ini menjadi salah satu power pressure bagi
pemerintahan Orde Lama untuk melakukan berbagai perubahan sehingga memunculkan orde oaru yang kemudian
berkuasa dalam puluhan tahun. Kekuasaan orde baru yang tiranic, gigantic and powerfull
ternyata juga tidak mampu menghadang kekuatan mahasiswa yang di tahun 1998
melakukan berbagai aksi. Melalui gerakan people power akhirnya
kekuasaan orde baru pun harus berakhir. Gerakan mahasiswa yang terjadi saat itu membuktikan
bahwa mahasiswa dan pemuda memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan sosial. Itulah realitas yang harus di kawal dalam masa
reformasi dan restorasi.
Sejarah tersebut menunjukkan bahwa para
generasi pendahulu telah menghasilkan karya besar dan perubahan bagi bangsa ini. Kemerdekaan dan kedaulatan
bangsa ini bukan dihasilkan melalui warisan para penjajah, namun dihasilkan
melalui tercecernya keringat dan darah, harta dan keluarga, semangat dan
aktivitas, retorika dan diplomasi yang dilakukan.
Pandangan yang lain ditunjukkan oleh
Alquran. Dalam kaidah bahasa Qur`ani pemuda atau yang disebut asy-syabab didefinisikan dalam
ungkapan sifat dan sikap seperti berikut.
Pertama, berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap
tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim. “Mereka
berkata: ‘Siapakah yang (berani) melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan
kami? Sesungguhnya dia termasuk orang orang yang zalim, Mereka berkata: ‘Kami
dengar ada seorang pemuda yang (berani) mencela berhala-berhala ini yang
bernama Ibrahim.” (QS. al-Anbiya, 21: 59-60).
Kedua, memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh
dalam pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan. Seperti tergambar pada
kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua).“Kami
ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya
mereka itu adalah pemuda.pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami
tambahkan kepada mereka petunjuk; dan Kami telah meneguhkan hati mereka di
waktu mereka berdiri, lalu mereka mengatakan: “Tuhan kami adalah Tuhan langit
dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami
kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran” (QS.
al-Kahfi, 18: 13-14).
Dakwah Nabi Muhammad
Saw juga didukung penuh dari para pemuda dari berbagai kalangan, mulai dari Ali
bin Abi Thalib (pemuda cerdas, brilliant, pemberani sekaligus menantu Nabi),
Sa`ad bin Abi Waqqash, Zubair bin Awwam, Zaid bin Tsabit (penulis wahyu dan
menguasai bahasa Suryani), Mush`ab bin Umair (pemuda tampan rupawan, cerdas
beragumentasi dan kaya raya yang menjual keduniaan demi dakwah Islam), Usamah
bin Zaid (pemuda sebagai panglima perang yang cerdas dan disegani), al Arqam
bin Abil Arqam (menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasul selama 13
tahun), Thalhah bin Ubaidillah dan lain-lain. Pemuda-pemuda tersebut memiliki energi, semangat dan kontribusi besar dalam
dakwah Nabi Muhammad Saw. Tentu dakwah Nabi ditopang juga dari kalangan Sahabat
yang lebih senior. Kolaborasi dan kekompakan berbagai kalangan inilah yang
menjadi kunci soliditas, solidaritas (ukhuwwah), dan keberhasilan dakwah
Nabi Muhammad Saw.
Ketiga, seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya
tercapai. Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa.“Dan
(ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak akan berhenti
(berjalan) sebelum sampai kepertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan
sampai bertahun-tahun” (QS. al-Kahfi,18: 60).
Jadi pemuda identik
dengan sebagai sosok individu yang produktif dan mempunyai karakter khas yang
spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb.
Kelemahan mencolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah
emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau
menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan
menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Alhasil, peringatan sumpah pemuda tak cukup sekedar retorika dan seremonial
tahunan saja. Namun pemuda harus mampu meneladani nilai-nilai Sumpah Pemuda,
meneguhkan spirit nasionalisme dan kebhinnekaan, memiliki dan menjaga keimanan,
spiritualitas dan moralitas serta memberikan kontribusi bagi masyarakat, bangsa
dan negara. Disisi lain, pemuda juga idealnya memahami, meneladani dan
mengambil inspirasi kepada pemuda-pemuda pada zaman Nabi Muhammad saw maupun
Nabi-nabi sebelumnya. Semoga. Wallahu A`lam.
[1] Ketua Lembaga Ta`lif wan Nasyr (LTN) NU Kudus, Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN
Kudus dan juga Pemuda Pelopor Kudus tahun 2011.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.