Kyai Telingsing & Misteri Keris Luk13
Catatan Ringan Saresehan dan Ngaji Budaya Kyai Telingsing
Oleh: Nur Said
Ketua LAKPESDAM NU Kudus
Kisah Kyai Telingsing sebagai perintis ukir gebyok yang prestisius sudah lama dikenal. Demikian juga kisahnya sebagai ahli kaligrafi yang yang dikagumi oleh para wali juga klir.
Namun Kyai Telingsing dengan keris luk23 baru terungkap dalam forum Saresehan dan Ngaji Budaya "Menggali Culture-Preneurship Kyai Telingsing" yg digelar oleh LAKPESDAM NU Kudus bekerja sama dgn YPI Kyai Telingsing dengan dukungan Mubarokfood tadi malam (03/10/2019).
Dr H Asmadji Mochtar yg pernah menjadi Ketua YPI Kyai Telingsing sbg salah satu narasumber mengungkapkan hal itu. Bahkan tidak hanya keris, Kyai Telingsing juga dikenal memiliki Tombak dan akik. Bagi kita mungkin benda-benda itu hal yg biasa, namun bagi dunia itu adalah bagian dari produk kreasi budaya yg mengagumkan dunia. Bahkan secara khusus sejak 25 November 2005 keris diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.
Sementara KH Agus Sunyoto menegaskan meski literatur Kyai Telingsing sangat terbatas, keberadaan berbagai cerita rakyat/folklor dapat direkonstrksi sebagai sumber histeriografi. Relasi lintas budaya yang harmonis antara Tiongkok, Islam dan Jawa terjalin begitu indah pada masanya. Bahkan tradisi China Islam sdh terbangun jauh sebelum periode kewalian (Walisongo) hadir dalam etos dagang maupun dakwah.
Forum ini menyadarkan bahwa etos GusJiGang (Bagus, Ngaji dan Dagang) ternyata sudah berbenih sebelum Sunan Kudus yakni proses kreatif Kyai Telingsing dan santrinya dalam seni ukir dan kaligrafi.
Belum lagi kisah tentang warisan keris luk13, tombak dan akik. Untuk apa barang-barang tersebut serta bagaimana teknologi kreasi itu ada pada periodenya. Bagaimana dengan manuskrip-manuskrip yg terkait Kyai Telingsing. Kalau di komplek pemakaman Mbah Rogomoyo Kaliwungu menyimpan naskah kuno pertukangan dengan akasara Jawa dan bahasa Jawa kuno. Jangan-jangan naskah tersebut ada kesinambungan budaya dengan Kyai Telingsing.
Itulah makna perjumpaan dalam dialog semacam saresehan atau sejenisnya, seringkali belum menemukan jawaban yg pasti, tapi malah melahirkan cakupan ruang baru yg selama ini kosong.
Menyenangkan juga karena para hadlirin juga antusias bertutur data tambahan terkait silsilah, spiritualisme dan juga futurisme. Semakan what next? sebuah pertanyaan sintagmatik yg perlu ditindaklanjuti para pemangku kepentingan.
Yang menarik Pak Plt Bupati membisiki saya, kajian kearifan lokal seperti ini perlu digalakkan mas. Agar generasi milenial melejit kecerdasan budaya dan kesadran budayanya. Demikian pesannya. Memang pendidikan karakter butuh kesadaran dan kecerdasan budaya yg tinggi. Maka semua gerakan lembaga di bawah PCNU perlu menjadikan modal budaya sebagai landasan dalam mengantarkan program-program kegiatan lembaga yg membawa kemaslahatan umat.
Drs. H Asyrofi Masitho, Ketua PCNU Kudus di sela-sela pengukuhan Pengurus Cabang LAKPESDAM NU Kudus malam itu juga mewanti-wanti agar berbagai kearifan lokal yang ada pada jiwa ulama dan auliya agar selalu digali agar generasi santri bisa selalu meneladani dan mengikuti jejaknya dalam mengamalkan Islam ramah yang membumi. Kyai Telingsing juga bagian dari guru para auliya periode kewalian saat itu. Semoga ...berlanjut terus dalam aksi nyata.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.