HEADLINE
latest

HIJRAH MOMENTUM PERUBAHAN




HIJRAH MOMENTUM PERUBAHAN
Oleh: Ahmad Fatah[1]

Sekarang adalah pekan-pekan terakhir dalam tahun 1440 Hijriyah. Artinya sebentar lagi umat Islam akan kedatangan tahun baru 1 Muharram 1441 hijriyah –yang juga  merupakan hari kemenangan Islam Internasional. Muharram adalah bulan pertama dalam kalender hijriyah. Perhitungan tahun berdasarkan kejadian hijrah dimulai pada 17 tahun sesudah kejadian hijrah itu sendiri atau 7 tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad saw. Menurut al-Sya`bi, yang mendorong diambilnya keputusan tersebut adalah adanya surat dari Gubernur Bashrah, Abu Musa al-Asy`ari kepada Khalifah Umar bin Khattab yang tidak bertitimangsa. Hal tersebut membuat kesulitan dalam proses administrasi. Inilah yang membuat Khalifah saat itu, yaitu Umar bin Khattab membuat kebijakan tentang perhitungan tahun hijriyah yang masih digunakan umat Islam hingga saat ini.

Secara historis, Khalifah Umar bin Khattab memanggil semua orang terkemuka untuk membahas perhitungan tahun hijriyah. Semua sepakat tentang pentingnya penyusunan dan perhitungan tahun. Namun, ada berbagai saran yang dikemukakan tentang titik tolak mulainya; diantaranya agar perhitungan tahun hijriyah dimulai dari tahun lahirnya Nabi Muhammad Saw, tahun wafatnya Nabi, tahun permulaan turunnya wahyu, tahun terjadinya perang Badar dan peristiwa hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah. Saran yang terakhir tersebut berasal dari Ali bin Abi Thalib dengan alasan bahwa hijrah Nabi adalah momentum meninggalkan daerah (budaya) syirik menuju masyarakat yang beradab. Saran inilah yang akhirnya diterima semua orang termasuk khalifah Umar bin Khattab sendiri.

Hijrah merupakan perubahan penting dalam perkembangan sejarah Islam. Secara harfiah hijrah artinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau mengasingkan diri dari pergaulan, atau meninggalkan suatu perbuatan. Secara istilah ia mengandung dua makna hijrah makani dan hijrah maknawi . Hijrah makani artinya hijrah secara fisik berpindah dari suatu tempat yg kurang baik menuju yg lebih baik dari negeri kafir menuju negeri Islam. Adapun hijrah maknawi artinya berpindah dari nilai yang tidak baik menuju nilai yang lebih baik dari kebatilan menuju kebenaran dari kekufuran menuju keislaman. Hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan secara fisik dari satu tempat ke tempat lain. Akan tetapi hijrah dimaknai sebagai perubahan dan perpindahan dari maksiat menuju pada ketaatan kepada Allah. Perubahan dari masyarakat jahiliyah menuju pada masyarakat yang berbudaya dan beradab. Perubahan dari diskriminasi dan kesewenang-wenangan menuju pada keadilan dan kemanusiaan. Dengan demikian hijrah dimaknai sebagai peningkatan dan perubahan kualitas kehidupan yang lebih baik.

Motif hijrah juga beragam. Pertama, ada yang hijrah karena dunia (materi dan jabatan). Kedua, ada yang hijrah karena wanita yang dicintai. Ketiga, ada yang hijrah memang tulus karena Allah. Inilah yang secara historis telah disarankan oleh Nabi Muhammad saw agar motif hijrah adalah karena Allah swt yang merupakan manifestasi keimanan sekaligus perjuangan menegakkan Islam untuk mengharap RidhaNya. Karena atas tujuan karena Allah swt itulah yang dapat menghantarkan seseorang meraih ketenangan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan motif karena dunia (materi dan jabatan) dan wanita itu temporal. Dalam konteks inilah, spirit dan makna hijrah merupakan solusi terhadap problem sosial, urbanisasi, pemerataan dan problem kependudukan lainnya.

Disisi lain, momentum tahun baru hijriyah juga merupakan suatu kesempatan dan kenikmatan. Kesempatan dan kenikmatan mendapat anugerah Allah berupa kesehatan dan umur panjang. Kesempatan untuk memperbaiki diri, memperbaiki masyarakat dan memperbaiki bangsa. Kesempatan bagi individu, kelompok maupun bagi suatu bangsa untuk melakukan “hijrah” dan perubahan menuju kearah yang lebih baik. Kesempatan adalah nikmat yang Allah karuniakan kepada setiap hamba-Nya namun kebanyakan manusia terlena dengan kenikmatan di dunia ini hingga ia lalai bahwa kesempatan itu tidaklah abadi, melainkan akan ada akhirnya.

Selanjutnya, momentum tahun baru hijriyah juga hendaknya dijadikan sebagai bahan perenungan dan instospeksi. Secara personal, tiap individu dapat melakukan instospeksi terhadap apa yang telah diperbuat selama setahun ini. Sebagai bangsa, juga hendaknya melakukan intropeksi terhadap langkah-langkah dan kebijakan yang telah dijalankan selama setahun ini. Introspeksi penting dilakukan, karena dapat menumbuhkan kesadaran dari diri individu terhadap apa yang telah dilakukan. Selain itu introspeksi juga sebagai titik tolak untuk melakukan hal yang lebih baik ditahun berikutnya. Hal ini penting karena orang yang beruntung, adalah orang yang hari ini lebih baik dari pada hari kemarin. Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah orang yang beruntung, Siapa yang hari ini keadaannya sama dengan kemarin maka dia rugi, Siapa yang keadaan hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia celaka” (HR Hakim). Rasulullah saw juga bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jelek manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya” (HR. Ahmad).

Akhirul kalam, semoga spirit dan makna hijrah mampu menjadi titik tolak perubahan menuju masyarakat yang beradab. Peringatan tahun baru hijriyah juga bukan sekedar pergantian tahun. Sebagai pribadi maupun sebagai bangsa kita dapat meneladani spirit dan makna hijrah sekaligus mengisinya dengan perbuatan yang positif. Selamat tahun baru hijriyah 1441. Wallahu A’lam.

  

[1] Alumni madrasah Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS) Kudus tahun 2002, Pemuda Pelopor Kudus tahun 2011 dan juga Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Kudus.


« PREV
NEXT »

Facebook Comments APPID